Bicara Seks Pada Anak Usia Dini

PRACTICE

Berawal dari pembicaraan bersama seorang teman yang bergelut dalam dunia pendidikan, maka saya rasa informasi ini penting bagi setiap orang tua. Berdasarkan pengalaman saya pribadi saat mendapatkan pertanyaan dari si sulung ketika masih kecil, tentang asal-usul seorang bayi, yang sempat membuat saya berpikir keras untuk mencari jawaban yang tepat. Lalu jawaban apa yang saya berikan saat itu? 

“Jika seorang wanita sudah menikah, maka Allah akan mengisi rahimnya dengan seorang bayi. Tapi kapan waktunya, itu Allah yang menentukan. Itu sebabnya bagi wanita ada masanya tidak shalat, karena rahim tempat bayinya akan luruh kembali menjadi darah jika belum ada bayi yang mengisi, dan pada saat itu wanita tidak boleh shalat dulu.”

Dan alhamdulillah si sulung waktu itu cukup puas dengan jawaban tersebut. Maklum saat itu saya pun masih belajar.

Ada dua cerita di bawah ini yang cukup menggelitik, dan semakin menyadarkan pentingnya orang tua untuk lebih terbuka pada anak tentang masalah seks ini.

Cerita 1

Sepulang sekolah, seorang anak sebut saja Salim yang masih duduk di bangku kelas 1 MI (Madrasah Ibtidaiyah) bertanya pada Abinya.

“Abi, seks itu apa?”

Abinya terperanjat kaget dan marah-marah. Karena takut, Salim pun menangis. Mendengar suara tangis Salim, uminya yang sedang sibuk di dapur pun menghampiri.

“Loh, kenapa kamu menangis, Nak? Kenapa Salim nangis, Bi?” tanya umi pada Salim dan suaminya.

“Tanya sendiri situ pada Salim.” Abi menjawab dengan ketus.

“Kenapa sayang?” tanya umi dengan lembut.

“Salim nggak ngapa-ngapain, Umi. Salim cuma mau tanya, seks itu apa?” jawab Salim sambil terbata.

Umi Salim bingung, ia menarik nafas panjang. Ia hampiri anaknya yang masih sesenggukan menahan tangis. Dipeluknya putra satu-satunya itu. Dahi umi berkernyit, tampak ia sedang berfikir keras untuk mencoba menjawab pertanyaan putranya dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anaknya. Di jaman modern ini orang tua memang harus terbuka, dan informasi mengenai hal ini memang sudah diberikan kepada anaknya walaupun dia masih MI.

Sambil mengusap air mata Salim, umi mencoba memberi penjelasan, “Salim, seks itu adalah pembuahan sel telur yang disebut ovum yang ada pada Umi, oleh sel sperma yang ada pada Abi.” jadi kalo malam pintu kamar umi dan abah dikunci, artinya abah sedang memberikan sel spermanya kepada umi, kalau berhasil, kamu akan punya adik lagi,” jawab sang Umi dengan harapan anaknya bisa paham.

“Panjang sekali Umi. Mana cukup tempat buat isinya? Ini Umi saja yang isi ya! Salim bingung,” jawab Salim sambil memberikan buku tugas bahasa inggris kepada uminya.

Di sana tertera :

Name : _____________
School : ____________
Class : _____________
Sex : _______________

Abi & Umi : ???? ….

Cerita 2

Seorang anak usia Sekolah Dasar suatu hari bertanya pada ibunya, sebut saja nama anaknya Chika.

Chika: “Ma, Chika asalnya dari mana sih?”

Sang ibu yang mendapat pertanyaan seperti itu secara tiba-tiba tentu saja sangat terkejut, namun berusaha tetap tenang sambil memikirkan jawaban terbaik apa yang harus disampaikan pada gadis kecilnya ini, agar dapat dicerna dengan baik dan sesuai dengan pemahaman usianya.

Saat sang ibu tengah berpikir keras utk memberi jawaban terbaik, Chika melanjutkan kata-katanya,

“Soalnya tadi Diah bilang kalau dia asalnya dari Palembang. Kalau Chika dari mana?”

Mendengar lanjutan kata-kata Chika, sang ibu pun merasa sangat lega dan malu pada dirinya sendiri. Ternyata persepsi dia tentang pertanyaan anaknya terlalu jauh.

******************

Dari dua cerita di atas, tergambar bahwa keterampilan orangtua sangat dibutuhkan untuk dapat mengakomodir rasa ingin tahu anak. Apapun pertanyaannya, sebagai orangtua berusalah menjadi sumber informasi utama anak. Begitu pun dalam masalah seks. Seringkali pertanyaan seputar seks dari anak masih menjadi masalah besar bagi orang tua. Seks dianggap hal tabu untuk dibicarakan dalam keluarga, terlebih oleh anak yang belum dewasa. Padahal pendidikan seks ini penting untuk disampaikan pada anak sejak dini, dan orang tualah pendidik seks terbaik demi menghindari anak mendapatkan informasi yang tidak tepat atau bahkan menyesatkan.

Kenyataannya bahasan tentang seks tidak semata mengenai hubungan seksual, tapi memiliki dimensi lain yang lebih luas, dan dapat meliputi pengertian tentang :

1. Jenis kelamin.
2. Alat kelamin dan organ reproduksi. Termasuk di dalamnya mengenai pubertas dan konsekuensinya dalam agama.
3. Dorongan seksual, misal ketertarikan pada lawan jenis.
4. Perilaku seksual, dapat meliputi hal mengenai rasa malu dan kewajiban menutup aurat, ekspresi gender, dan keinginan untuk tampil menarik.
5. Juga mengenai hubungan seksual.

Penyampaian topik- topik penting dapat dilakukan orang tua tanpa harus menunggu anak bertanya terlebih dahulu, dengan memilih topik yang sesuai dengan usia perkembangan anak.

Contoh; anak dikenalkan tentang gender, adanya laki-laki dan perempuan sejak usia dini. Dan bagi anak usia sekitar 10 tahun sudah dapat diajak berdiskusi tentang pubertas tanpa perlu menunggu si anak bertanya dahulu. Dengan melakukan  hal seperti ini, maka si anak akan merasa orang tuanya adalah tempat yang nyaman bagi dirinya untuk bercerita atau bertanya masalah seks tanpa perlu merasa takut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat orang tua mendapat pertanyaan tak terduga tentang seks dari anak adalah  :

1. Tetap menunjukkan sikap tenang.

2. Lakukan konfirmasi sehingga kita memiliki persepsi yang sama atas pertanyaan atau pernyataan anak. Lepaskan/ simpan dulu persepsi seks dewasa yang bernada erotis agar anak tidak menangkap pesan yang salah.

3. Tanyakan darimana/di mana/dari siapa/bagaimana anak mendapatkan informasi mengenai seks tersebut.

4. Beri jawaban atau tanggapi sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Sampaikanlah dengan cara yang wajar tanpa kesan menggurui.

5. Beri penjelasan dengan berpedoman pada sumber yang ilmiah. Gunakan juga istilah-istilah yang bersifat ilmiah dan hindari menggunakan istilah-istilah yang berdasar pada kebiasaan setempat. Sampaikanlah sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan si anak.

6. Kaitkan dengan nilai keagamaan. Nilai agama sangat penting untuk menjadi dasar pemahaman anak, sehingga anak lebih bertanggung jawab dalam menjaga dirinya dan terhindar dari pergaulan bebas yang tercela.

7. Jelaskan dengan ringkas dan langsung pada inti pertanyaan anak. Namun buatlah suasana senyaman mungkin, sehingga anak dapat leluasa untuk mengajukan pertanyaan.

8. Sampaikanlah pendidikan seks pada anak secara pribadi, mengingat pemahaman maupun tahap perkembangan setiap anak berbeda-beda.

9. Lakukanlah secara berulang-ulang, guna memantau tahap perkembangan anak.

10. Ajarkan pada anak bagaimana menghargai tubuhnya juga tubuh orang lain. Hal ini bisa dimulai dengan menumbuhkan rasa malu pada anak jika bagian-bagian tubuh tertentu terlihat orang lain, begitu pula jika anak melihat tubuh orang lain. Juga mengenai bagian tubuh mana yang tidak boleh ter/ disentuh orang lain.

Semoga kita dapat selalu menjadi tempat berdiskusi dan sumber informasi terbaik bagi anak kita, sehingga dengan ridho Allah anak-anak akan terhindar dari informasi yang salah dan dapat menyesatkan mereka. Aamiin…

2 thoughts on “Bicara Seks Pada Anak Usia Dini

Leave a comment